Teddy Rusdy Cucu Seorang Digulis Yang Berhasil Mendapatkan Penghargaan Bintang Shakti Dalam Operasi "Trikora"
Sumber : Google.com |
Salah satu
persiapan untuk membangun kekuatan TNI Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan
Angkatan Darat adalah dengan mempersenjatai diri menggunakan
peralatan-peralatan utama sistem senjata yang modern.
Salah
satunya adalah dengan menyiapkan para penerbang utama. India yang mewarisi
sistem senjata dan sistem pendidikan Inggris pun membuka pintu untuk melatih
pada taruna navigator di Indian Air Force Flying Collage, di Jodhpur,
Rajasthan. Untuk pendidikan tersebut dipilihlah empat calon perwira yang akan dilatih
di India, dan ternyata Teddy Rusdy masuk kedalam salah satunya.
Pada tahun
1963 sepulangnya dari India, Teddy sudah menjadi bagian dari operasi Trikora untuk
membebaskan Irian Barat di daerah operasi Morotai. Teddy saat itu menerbangkan
pesawat Albatros (PB) dan Catalina (PBY) yang mampu terbang selama delapan jam.
Pesawat ini dibilang sangat ideal untuk tugas-tugas infiltrasi menerobos
pertahanan Belanda, menurunkan pasukan Intel dan membawa logistik.
Selang 34
tahun setelah Yai Zis memberontak Belanda, kini Teddy yang melanjutkan jejak
sang kakek. Pada saat itu Teddy sedang terbang di atas pulau Boven Digoel
dimana tempat kakeknya dibuang dan dianggap sebagai pemberontak oleh Belanda
pada tahun 1929. Sebagai seorang cucu digulis, Teddy ingin ikut membebaskan
Irian Barat atau Papua menjadi bagian dari Indonesia sebagaimana yang
diamanahkan kemerdekaan.
Karena
keberhasilannya di tugas tersebut, Teddy pun mendapatkan penghargaan Bintang
Shakti dari Soekarno. Menurut Teddy berjuang di daerah tempat kakeknya yang
dulu pernah dibuang di tempat tersebut mengingatkan dirinya bahwa dia telah
memenuhi arti dari kata “santri” yang berasal dari bahasa Jawa, yakni cantrik yang bermakna “orang atau murid
yang selalu mengikuti gurunya”, yaitu Yai Zis.
Comments
Post a Comment