Isu Galon Guna Ulang Berbahaya, BPOM: Ada yang Sengaja "Menggoreng"
Sumber : Google.com |
Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengendus adanya oknum yang sengaja menggoreng
isu tentang Bisphenol-A (BPA) yang ad di dalam kemasan makanan dan minuman
berbahaya bagi kesehatan.
BPOM
kembali menegaskan bahwa berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan hingga
saat ini, kadar BPA dalam kemasan itu jauh dan sangat jauh di bawah batas
maksimal yang diijinkan.
“Kok terus
digoreng-goreng ya? Tidak habis pikir saya,” ucap Direktur Pengawasan Pangan
Risiko Tinggi dan Teknologi Baru BPOM, Ema Setyawati, Sabtu (23/1/2021), saat
dimintai pendapatnya soal adanya pemberitaan yang disampaikan Ketua Umum
Perkumpulan Jurnalis Peduli Kesehatan
dan Lingkungan (AJPKL) Roso Daras yang masih menyatakan BPA dalam salah
satu kemasan minuman itu berbahaya bagi kesehatan bayi dan ibu hamil. Ema juga
mengakui hingga saat ini belum pernah menerima surat dari AJPKL .
Lucunya,
ketika ditelusuri menggunakan mesin pencarian Google, AJPKL ini tidak pernah
dikenal sebelumnya. Tidak jelas sekretariatnya dimana dan anggotanya siapa
saja. Tidak tercatat di Dewan Pers maupun AJI.
Anehnya, AJPKL ini dalam ‘mendadak’ berubah menjadi Perkumpulan Jurnalis
Peduli Kesehatan dan Lingkungan (PJPKL). Sementara itu, Roso Daras, Ketum
AJPKL, juga tidak memiliki rekam jejak sebagai wartawan kesehatan ataupun
lingkungan. Roso Daras dikenal sebagai penulis buku tentang Soekarno.
Ema
menyampaikan agar masyarakat perlu membaca apa yang sudah disampaikan BPOM
melalui akun Instagram (IG) resmi BPOM RI di bpom_ri mengenai kemasan galon
AMDK. “Sudah ada penjelasan kami, bahkan di IG BPOM juga sudah ada, bahwa sampai saat ini, berdasarkan hasil pengawasan
kami, kadar BPA jauh...sangat jauh dari batas maksimal,” ucapnya.
Pada IG
BPOM RI dalam tulisan berjudul “Mengenal Kemasan Galon AMDK”, dijelaskan bahwa
kemasan galon AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) di peredaran terbuat dari polimer
berupa plastik polikarbonat (PC) atau polietilen tereftalat (PET). Polimer ini
bersifat inert atau stabil.
Untuk
memastikan keamanan dari kemasan pangan yang beredar, Badan POM menerbitkan
Peraturan Kepala Badan POM No.20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Hasil
pengawasan Badan POM terhadap kemasan galon AMDK menunjukkan migrasi BPA di
bawah 0,01 bpj (batas aman 0,6 bpj).
“Beberapa
penelitian internasional menunjukkan bahwa penggunaan berulang galon AMDK
polikarbonat tidak meningkatkan migrasi BPA, sehingga tetap aman digunakan,” tulis
BPOM dalam IG-nya.
Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun sudah memasukkan berita-berita yang menyatakan BPA
berbahaya untuk kesehatan ke dalam kategori berita tidak benar alias hoax. Hal
itu dilakukan karena telah mendapat penjelasan dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) yang menegaskan bahwa kemasan produk berbahan BPA yang berdar di
pasaran aman untuk dikonsumsi.
“Kita
merujuk kepada pernyataan BPOM sebagai lembaga yang berwenang yang telah
menyampaikan bahwa kemasan yang mengandung BPA untuk produk makanan dan minuman
telah melalui uji laboratorium dan aman untuk digunakan,” ujar Plt Kepala Biro
Humas Setjen Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu.
Sebelumnya,
isu BPA ini juga digoreng dengan memelintir pendapat beberapa dokter dan
pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Namun, setelah dikonfirmasi
kepada mereka, para dokter dan YLKI membantah pernah menyampaikan BPA dalam
kemasan minuman berbahaya.
Direktur
Klinik Dian Perdana Medika, Jawa Tengah, dr. Dian Kristiani misalnya.
Pernyataannya soal BPA pernah dipelintir hingga membuat keresahan di
masyarakat. Dia membantahnya dengan
mengatakan, “Saya tidak pernah menyampaikan bahwa mikropartikel plastik BPA itu
yang ada di dalam galon guna ulang,” ujarnya Selasa (29/12), saat dimintakan
klarifikasinya soal pernyataannya di media yang pelintir seolah-olah dia
mengatakan bahwa galon guna ulang itu berbahaya untuk kesehatan karena
mengandung BPA.
Hal serupa
juga dialami dua dokter dari Rumah Sakit Mayapada, yaitu dr. Daulika Yusna, SpA
selaku Dokter Spesialis Anak Neonatologist dan dr. Darrell Fernando, SpOG
selaku Dokter Spesialis Kandungan saat menjadi narasumbner dalam sebuah
webinar.
Saat itu
diberitakan seolah-olah kedua dokter itu menyatakan bahwa kadar BPA yang ada
dalam kemasan galon guna ulang berbahaya untuk kesehatan. Setelah dikonfirmasi
mengenai pernyataannya, melalui bagian media & komunikasi Rumah Sakit
Mayapada, Dewi, yang sekaligus menjadi jurubicara para dokter, juga
membantahnya.
“Semua yang
ditulis di PPT (bahan materi webinar) dan perkataan yang keluar dari dokter
kami sudah sesuai kaidah dan tidak pernah menyinggung soal galon guna ulang.
Saya juga hadir dalam webinar itu untuk mendampingi dua dokter Mayapada yang
menjadi pembicara saat itu. Jadi saya juga dengar talkshow-nya,” ujarnya.
Staf
Peneliti YLKI, Nataliya Kurniati, sangat menyayangkan adanya pemberitaan di
sejumlah media yang dianggapnya telah mencatut nama YLKI untuk sebuah
pemberitaan yang tidak ada hubungannya dengan apa yang telah disampaikannya
soal BPA ini. Dia hanya mengingatkan agar masyarakat itu tidak asal menggunakan
packaging atau produk kemasan tanpa mereka tahu resikonya apa. “Artinya,
kemasan yang harus dipilih itu harus yang mengikuti aturan-aturan agar kualitas
packaging atau makanannnya itu sesuai dengan standar keamanan untuk masyarakat
Indonesia atau yang ber-SNI,” katanya.
Comments
Post a Comment